Site news

Date added: 25-07-2018 Lampu LED Jawaban Anjuran Hemat Energi

SERUAN penghematan energi umumnya hanya kembali pada wa­cana penggunaan energi terba­rukan. Padahal, hemat energi im­pli­kasinya bisa sangat luas. Salah sa­tunya ada­lah mulai mengg­u­na­kan lampu LED (light emi­ting diode) serta solusi manajemen energi.

Pemborosan energi memang le­bih terlihat pada penggunaan bahar ba­kar minyak untuk kendaraan yang terjebak kemacetan, atau un­tuk industri. Tetapi tahukah kita, penggunaan listrik yang seenaknya di rumah tangga atau infrastuktur ternyata memberi beban listrik yang tidak sedikit.

Padahal penghematan listrik ini bisa dilakukan dengan cara se­der­hana, antara lain dengan peng­gu­naan lampu LED yang saat ini su­dah banyak dipakai di kota-kota be­sar dunia. Di Jepang dan negara lain, pencahayaan di fasilitas umum sudah mulai beralih meng­gu­n­akan lampu LED yang pema­kaian listriknya bisa dihemat sam­pai 85 persen.

“Lampu LED ini menghasilkan cahaya lebih terang tetapi ener­ginya sedikit,” kata Makamoto Mi­hara dari Global Communication Group Panasonic Corporation, saat menerima kunjungan wartawan dari Asia Tenggara di Tokyo.

Panasonic adalah salah satu pe­ru­sahaan yang sangat serius me­ngem­bangkan lampu LED. Saat ini mereka lebih fokus pada solusi pencahayaan yang hemat energi. Pasalnya, di masa depan, produk yang ramah lingkungan memang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Pada ajang Super Box yang di­ada­kan Panasonic di Jepang, Pana­sonic memamerkan kepada para rekan bisnis mereka solusi apa saja yang bisa ditawarkan de­ngan lam­pu LED. Tak hanya untuk pene­ra­ngan di rumah, lampu LED kini didorong untuk dipakai di berbagai infrastuktur, mulai dari stasiun, lam­pu jalan, bandara, terowongan, sekolah, rumah sakit, perkantoran, mu­­seum, hingga departement store.

Kebutuhan lampu di tempat-tempat umum tersebut sangat besar karena untuk mal saja misal­nya, dibutuhkan paling tidak 3.000 lampu.

Sistem pencahayaan kini juga dilengkapi dengan sensor yang bisa mendeteksi apakah ada orang di dalam ruangan sehingga terang gelapnya bisa disesuaikan.

“Ini bukan hanya untuk lampu, untuk pendingin ruangan juga be­gitu, kalau sensor mendeteksi ti­dak ada orang di ruangan, maka lam­­pu akan diredupkan dan pema­kaian AC lebih minimal,” kata Mihara.

Pencahayaan memakai lampu LED generasi terbaru juga bisa me­nyuguhkan sensasi cahaya dan warna yang hidup dan dimanis. Mi­salnya saja pencahayaan untuk res­­toran atau supermarket yang bisa diatur sedemikian rupa sehing­ga warna makanan tampak le­bih me­narik sehingga konsumen ter­tarik untuk membeli.

Kulit

Sementara itu di department store, lampu LED yang digunakan akan memberikan warna kulit le­bih alami dan tidak terlalu kuning. Warna kulit pun terlihat lebih cantik sehingga direkomendasikan untuk dipakai di bagian penjualan kos­metik.

“Ada berbagai solusi pencaha­yaan yang kami tawarkan untuk kebutuhan yang beraneka ragam,” ujarnya.

Untuk membuat implementasi penghematan energi tersebut bisa dikontrol, Panasonic juga mena­war­kan solusi manajemen energi yang disebut dengan “Emanage”. Secara umum Emanage merupa­kan kombinasi penggunaan bebe­rapa teknologi terbaru untuk men­capai tujuan penghematan energi.

Menggunakan teknologi cloud, setiap data konsumsi energi bisa dilihat secara mudah di perangkat tablet. “Dengan data yang sudah di­­ubah menjadi grafik, kita jadi le­bih gampang mengatur peng­gu­naan energi. Aplikasi ini juga bisa dipakai di smartphone sehingga kita bisa mengontrol penggunaan listrik atau alat-alat rumah tangga di mana pun,” kata Mihara.

Pemerintah Jepang sendiri men­dorong solusi hemat energi untuk hunian, perkantoran, atau fasilitas pu­blik. Menurut Mihara, peme­rin­tah Jepang memberi subsidi untuk setiap bangunan baru yang me­masang peralatan hemat energi.

“Jika hanya memasang pera­la­tan saja, seperti lampu LED, ma­ka subsidinya hanya sepertiga dari biaya pembangunan, semen­tara jika pengembang juga menginstal Emanage, subsidinya bisa sampai separuh biaya,” ujarnya.

Di banyak kawasan, belum di­terapkan solusi hemat energi se­perti di Jepang. Sejauh ini solusi he­mat energi untuk bisnis atau pro­yek infrastuktur hanya penggunaan AC dan lampu, tapi belum Emanage.

Mungkin sudah saatnya peme­rintah memberi dukungan pada hu­nian atau perkantoran hemat energi karena cara tersebut bisa mend­o­rong orang untuk beralih kepada pe­ralatan yang tidak rakus me­ngon­sumsi energi. Pada akhir­nya, beban listrik juga jauh berkurang dan ikut menekan pema­nasan global.

Penemuan

Penemuan akan lampu LED, mem­­­buat Isamu Akasaki dan Hi­ros­­hi Amano dari Jepang bersama Shuji Nakamura dari Amerika Seri­kat berhasil memenangkan Hadiah No­bel di bidang fisika karena ber­hasil menemukan lampu LED (Light-Emmiting Diode) biru se­bagai sumber energi baru yang efisien dan ramah lingku­ngan.

Dikutip dari Fox News, Selasa, 7 Oktober 2014, ketiga ilmuwan ini telah mengerjakan proyek LED sejak awal 1990-an. Mereka beru­saha memproduksi LED biru terang dari semikonduktor. Dengan meng­gunakan alat ini, cahaya lampu pu­tih dapat dihasilkan dengan cara baru yang lebih irit energi dan tahan lama.

“Sekitar seperempat dari kon­sum­si listrik di dunia digunakan un­tuk tujuan pencahayaan. LED ini dapat berkontribusi untuk meng­hemat sumber energi bumi. Mereka berhasil ketika yang lain gagal,” kata Royal Swedish Academy of Sciences selaku penyelenggara acara di Stockholm, Swedia.

Sebenarnya, diode merah dan hi­jau sudah ada sejak lama, tapi tanpa cahaya biru, lampu bercahata putih pun tidak bisa dibuat. Namun, meski Akasaski dan rekannya ber­h­asil menemukan LED biru, te­muan ini masih menjadi tanta­ngan tersendiri selama tiga dekade ke depan.

LED biru mampu membuat lam­pu bercahaya putih selama 100.000 jam, jauh lebih lama diban­ding dengan bola lampu pijar yang hanya bertahan 1.000 jam. Lampu ber-LED biru ini dapat membantu ma­nusia untuk lebih hemat energi, “Lam­pu ini sangat bermanfaat un­tuk hidup manusia,” kata Akasaki.

Akasaki, 85 tahun, adalah se­orang profesor di Universitas Meijo dan di Nagoya University, sama se­perti Amano, 54 tahun. Semen­tara itu, Nakamura adalah seorang profesor berusia 60 tahun yang dari University of California. (bsc/elc/ar)

Loading...